Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita
bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal
punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia
memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan
dirinya. Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan
sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita
tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita
adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian?
Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia
tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki
keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana
berani memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti
diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak
bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki.
Seorang ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang
orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam
bahasa Al-Qur’an, “Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata
yang tidak diperbuatnya”.
http://mediamuslim.wordpress.com/2009/10/25/indahnya-hidup-bersahaja-indahnya-dunia/
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya.
Seorang anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha
memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka
tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh.
Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan
rumah mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah,
kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti
setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini,
apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah
tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang
nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini
menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari
cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis.
Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv
membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi.
Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada
apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita
kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk
menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan
menjadi begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah
tidak goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya
dan tidak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’
, ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur,
diambil satu persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena
tukang parkir tidak merasa memiliki hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang
di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana
kantor yang iri dan dengki jadi minimal
0 komentar:
Posting Komentar